Ada Apa dengan Arbain?

Leave a Comment
Seringkali ketika berkenalan, orang langsung menduga jika saya anak keempat. Darimana lagi kalau bukan dari nama Arba'in. Orang tua kami memang menandai anak-anaknya dengan angka urut. 

Kakak sulung, mas Jat pakai nama Wahid. Almarhumah mbak Datik sebagai anak kedua ditandai dengan nama Dwi. Mas Han dengan nama Tri karena anak ketiga. Hanya Anas yang tidak pakai nama angka urut. Sepertinya memang sudah direncanakan sebagai anak bungsu. 

Tidak jarang juga orang berseloroh kalau saya anak ke-40. Tidak begitu salah sih. Arba'in dalam bahasa Arab memang lebih pas diartikan 40. Kalau 4 itu Arba'a. Hanya terasa janggal saja kalau di jaman sekarang ada yang memiliki anak sampai 40. Kalau menurut bapak, nama Arba'in (biasa saya tulis juga dengan Arbain) memang dipakai sebagai penanda saya anak ke-4. Alasannya biar lebih mudah diucapkan dan luwih pantes saja

Saya malah punya pengalaman unik ketika bekerja di sebuah NGO. Country Director yang asli orang Perancis memanggil saya dengan Mr. Forty. Sekadar untuk menertawakan kemampuan bahasa Arab saya. 

Gara-garanya saya gelagepan ketika diajak ngobrol pakai bahasa Arab. Katanya, saya yang hanya paham masmuk dan kaifa haluk gak pantas pakai nama bahasa Arab. Padahal dia yang bule saja lancar berbahasa Arab. Selancar bahasa Perancis, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman yang dikuasai. Maklum dia sering ditugaskan di negara-negara Timur Tengah. 

Tinggi juga selera humornya. Saya hanya bisa nyengir ketika staf-staf lain ikutan memanggil dengan Mr. Forty

Saya sih tidak terlalu pusing apakah Arbain berarti 4 atau 40. Ngikut yang memberikan nama saja. Belakangan malah menduga barangkali orang tua memang sengaja menamakan Arbain selain sebagai penanda anak ke-4 juga sebagai pesan agar saya menaruh perhatian pada usia 40. 

Bukankah ada ungkapan life begins at forty? Pada usia 40 seharusnya seseorang sudah mencapai jenjang usia kematangan emosional. Sudah pada usia dewasa yang stabil. 

Bahkan di Al-Qur'an juga diingatkan pentingnya usia 40. Simak saja Surat Al-Ahqaf (46) ayat 15. Ayat ini memberikan indikator terukur ketika seseorang mencapai usia 40. 

Ada 5 karakter positif yang seharusnya sudah dicapai ketika memasuki usia 40 dan harus terus ditingkatkan setelahnya. Pertama, pandai bersyukur atas nikmat yang telah diterima dan diterima kedua orang tua. Kedua, fokus pada amal shaleh untuk mendapatkan ridla Allah. Ketiga, menaruh perhatian serius pada kebaikan anak keturunan. Keempat, mudah menyadari kesalahan dan segera bertaubat. Kelima, menjaga nikmat sebagai muslim dengan berserah diri hanya kepada Allah SWT. 

Saya sendiri, harus mengakui di usia yang sudah melewati kepala 5 masih belum memenuhi indikator kinerja yang seharusnya dicapai pada usia 40 itu. Masih jauh banget. Semoga saja tidak mengecewakan harapan orang tua dan masih ada waktu untuk mengejar ketertinggalan. 

Anda yang tidak punya nama Arbain, tidak ada salahnya juga punya perhatian pada usia 40. Malah sudah seharusnya. Sepertinya hanya usia 40 yang disebut secara khusus dalam Al-Qur'an. Tidak perlu menunggu dipanggil Arbain untuk punya perhatian capaian kinerja pada usia 40.

Jika saat ini masih dibawah 40, jadikan karakter positif itu sebagai target yang harus dicapai. Jika sudah lewat 40, jadikan untuk evaluasi seberapa senjang dari capaian ideal itu. Tak perlu berputus asa. Masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri mumpung hayat masih dikandung badan. Sampai nanti Allah SWT mencukupkan usia pada batas waktu yang telah ditetapkan. 

Semoga kita semua husnul khatimah. 


وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ إِحۡسَٰنًاۖ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ كُرۡهٗا وَوَضَعَتۡهُ كُرۡهٗاۖ وَحَمۡلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهۡرًاۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرۡبَعِينَ سَنَةٗ قَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِيٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِيٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَيَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِحٗا تَرۡضَىٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِي فِي ذُرِّيَّتِيٓۖ إِنِّي تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَإِنِّي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ

Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia berdoa, "Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh, aku bertaubat kepada Engkau, dan sungguh, aku termasuk orang muslim" (QS 46:15).
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment