Tentang Blog

Catatan ringan hasil mengumpulkan kembali ingatan tentang perjalanan yang telah dilalui. Bukan dimaksudkan untuk memberikan panduan perjalanan, hanya sebagai testimoni betapa mengagumkan negeri yang membentang dari Sabang sampai Merauke ini.

author
Tampilkan postingan dengan label Wisata Sumatera Barat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Sumatera Barat. Tampilkan semua postingan

Mengagumi Warisan Budaya Minangkabau di Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan

Leave a Comment

Lengkap benar potensi wisata Kabupaten Solok Selatan. Betapa tidak. Daerahnya didominasi bentang alam yang indah, segar menghijau dengan latar Gunung Kerinci. Hamparan kebun teh, areal persawahan yang luas, puluhan aliran sungai yang berkelok menuruni bukit, dan hutan adat yang menyambung sampai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Menyejukkan mata dan menjamin kesegaran udara. Indah bak lukisan.


Bukan hanya itu. Seperti halnya wilayah lain di Sumatera Barat, Kabupaten Solok Selatan mewarisi kekayaan budaya Minangkabau. Kabupaten Solok Selatan  terlihat sangat sadar akan potensi warisan budaya itu. Kehadiran Kawasan Saribu Rumah Gadang menjadi penyempurna destinasi wisata Kabupaten Solok Selatan yang didominasi keindahan panorama alam. Sungguh perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang harmonis.

Kawasan Saribu Rumah Gadang berlokasi di Nagari Muarolabuh, Kecamatan Sungai Pagu. Jika ditempuh dari Kota Padang, dapat dijumpai selepas perjalanan melewati Danau Kembar dan sebelum sampai Kota Padang Aro, pusat pemerintahan Kabupaten Solok Selatan.


Memasuki kawasan Saribu Rumah Gadang, deretan rumah dengan bentuk atapnya yang khas menyambut kedatangan. Rumah-rumah itu sudah berusia ratusan tahun. Tentu saja beberapa di antaranya sudah mengalami pemugaran, tetapi ciri dan bentuk khasnya tetap dipertahankan. Bahkan, revitalisasi rumah gadang itu telah menjadi program nasional sejak diresmikan Presiden Jokowi awal tahun lalu.


Susurilah kawasan Saribu Rumah Gadang untuk menikmati keunikan dan keindahan arsitektur ratusan rumah gadang itu. Ratusan? Ya, jumlah rumah gadang di kawasan ini memang "hanya" sekitar 130 buah. Penyebutan saribu atau seribu, tampaknya untuk mewakili jumlahnya yang banyak, terkumpul dalam satu kawasan. Tetapi barangkali jika dihitung secara keseluruhan, di Kabupaten Solok Selatan bisa jadi memang ada ribuan rumah gadang. Di sepanjang jalan yang dilalui memang mudah ditemukan bangunan  rumah gadang. Salah satunya, masih di Kecamatan Sungai Pagu, di pinggir jalan utama dapat dijumpai sebuah rumah gadang berukuran cukup besar, Istano Rajo Balun.


Bukan hanya ukurannya yang bervariasi. Jika diamati lebih detail, meskipun memiliki persamaan atap yang memanjang meruncing seperti tanduk kerbau, ada perbedaan bentuk di antara rumah gadang-rumah gadang itu. Perbedaan  tersebut karena rumah gadang itu konon dulunya dibangun dan ditinggali oleh suku yang berbeda.

Salah satunya, yang sepertinya menjadi ikon Kawasan Saribu Rumah Gadang adalah Rumah Gadang Gajah Maram, yang dibangun pada tahun 1794. Sesuai penjelasan di papan informasi, Rumah gadang ini adalah Rumah Gadang Kaum Suku Melayu Buah Anau yang dipimpin oleh Rapun Datuak Lelo Panjang yang membawahi suku kaum melayu.



Mintalah ijin untuk masuk  ke dalam Rumah Gadang Gajah Maram yang akan disambut dengan senang hati oleh pengelola yang saat ini dipegang keturunan ke-5 Datuak Lelo Panjang. Bentuk ruangan masih dipertahankan, bahkan tiang-tiang penyangga juga masih asli sejak dibangun. Kekuatan dan ketahanan kayu yang biasa disebut  sebagai kayu besi itu memang luar biasa. Menurut salah satu pengelola, bahkan paku pun tak bisa menembus kekuatan kayu penyangga tersebut. Sejumlah benda pusaka warisan leluhur juga masih tersimpan dengan baik, melengkapi cerita sejarah pendirian rumah gadang ini. Rumah Gadang Gajah Maram, sat ini tidak ditinggali dan hanya digunakan untuk upacara adat saja.


Jika pengin lebih puas, menginap di Kawasan Saribu Rumah Gadang jadi pilihan tepat. Beberapa rumah gadang itu memang telah difungsikan sebagai homestay dengan tarif terjangkau. Tentu saja tidak melupakan pelayanan untuk kenyamanan. Lebih dari sekadar menginap, tinggal di homestay dapat ikut terlibat mengolah masakan tradisonal minang bersama tuan rumah. Tinggal lebih lama juga memungkinkan untuk mendengar cerita asal mula setiap rumah gadang itu dibangun. Sungguh akan menjadi pengalaman dan pengetahuan sejarah yang sangat berharga.


#ingatanperjalanan, 21052018
Read More

Menjadi Saksi Keberadaan Nagari Bidar Alam di Solok Selatan yang Pernah Menjadi Pusat Pemerintahan Indonesia

3 comments

Tidak banyak yang menyadari, begitu besar jasa Nagari Bidar Alam terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nagari yang terlerak di Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan itu pernah menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia. Letaknya sekitar 25 km dari Padang Aro yang saat ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Solok Selatan, menyusuri jalan yang berliku ke arah Kabupaten Dharmasraya. Istilah nagari merupakan kelembagaan pemerintahan berdasar kearifan lokal masyarakat Minang, setara dengan kelurahan dan desa.


Simak peran pentingnya berikut ini. Melalui agresi II, Belanda berhasil menawan Soekarno, Hatta, dan tokoh lainnya serta mengumumkan bubarnya Republik Indonesia. Dalam situasi darurat tersebut, berdasar konsep yang telah disiapkan Pemerintah dan kesepakatan tokoh-tokoh yang berkumpul di Sumatera, dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Di bawah kepemimpinan Mr. Sjafruddin Prawiranegara, PDRI menjalankan pemerintahan secara bergerilya untuk menyelematkan dan menjaga kedaulatan RI yang baru saja mendeklarasikan kemerdekaan.

Meskipun harus berpindah-pindah bahkan masuk rimba, Mr. Sjafruddin menegaskan: "Kami meskipun dalam rimba, masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah yang sah".

Sebuah jawaban telak untuk menolak klaim Belanda yang menyatakan RI telah bubar.


Lebih dari 3 bulan, waktu terlama dari periode PDRI (Desember 1948 - Juli 1949) Mr. Sjafruddin tinggal dan memimpin sidang-sidang kabinet PDRI di Nagari Bidar Alam. Pemilihan Nagari Bidar Alam sebagai basis perlawanan kepada Belanda bukan tanpa alasan. Masyarakat Bidar Alam seluruhnya adalah anggota Masyumi, yang sangat militan melawan penjajahan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di Nagari Bidar Alam, dengan dukungan seluruh masyarakat, Mr. Sjafruddin yang menjadi musuh nomor satu penjajah Belanda, mendapat jaminan keamanan sepenuhnya.


Tugu peringatan dan rumah Jama menjadi saksi Nagari Bidar Alam pernah menjadi pusat pemerintahan untuk menjaga eksistensi kemerdekaan RI. Sayang, kondisi tugu peringatan maupun rumah Jama terlihat kurang terawat, sebagaimana kurangnya perhatian terhadap peran PDRI dan Nagari Bidar Alam dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Kini, menjelang peringatan 73 tahun Indonesia Merdeka, sudah seharusnya untuk menaruh perhatian pada Nagari Bidar Alam. Saatnya menjalankan nasehat Bung Karno: jas merah atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bukankah bangsa yang besar adalah yang bisa menghargai jasa para pahlawan?

#ingatanperjalanan, 24052018
Read More

Meniti Kearifan Jembatan Akar, Pesisir Selatan

Leave a Comment

Tidak berlebihan jika disebut jembatan akar karena jembatan itu memang tercipta dari jalinan akar dua batang pohon yang tumbuh berseberangan di sisi sungai. Mendengar namanya, memunculkan keinginan untuk dapat melihat langsung keunikan tersebut.

Akses untuk mencapainya cukup mudah. Ambil jalur dari Kota Padang menuju Kota Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan yang berjarak sekitar 70 km. Sebelum memasuki kota Painan, sampailah di pertigaan Pasar Baru, yang ditandai dengan papan penunjuk arah lokasi Jembatan Akar. Berbeloklah ke kiri menuju Kecamatan Bayang, menyusuri jalanan beraspal dengan pemandangan hijau persawahan. Lokasi Jembatan Akar berjarak sekitar 15 km dari pertigaan tersebut.

Jembatan yang oleh masyarakat setempat disebut Titian Aka itu membentang sekitar 10 meter di atas aliran Sungai Bayang, dengan panjang kurang lebih 25 meter dan lebar 1,5 meter. Konon, jembatan akar sudah berusia lebih dari seratus tahun. Adalah seorang ulama, Pakih Sokan yang menggagas pembangunan jembatan untuk mengatasi kesulitan para santrinya yang tinggal di seberang sungai manakala Sungai Bayang sedang meluap. Jembatan bambu yang digunakan masyarakat untuk menyeberang seringkali hanyut dihantam derasnya arus Sungai Bayang.


Pada tahun 1890 Pakih Sokan mulai menanam pohon beringin di kedua tepi sungai, dan ketika akarnya mulai memanjang dililitkan di jembatan bambu. Setelah sekitar 25 tahun, akar kedua pohon itu mulai menyatu dengan kokoh membentuk jembatan dan mulai digunakan masyarakat untuk menyebrang. Saat ini, mengingat usianya yang sudah lebih dari seabad, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah memasang tali besi sebagai bentang penguat. Apalagi ketika Sungai Bayang sedang meluap, ketinggian air dapat mencapai dasar jembatan.

Sungguh mengagumkan gagasan Pakih Sokan yang sepertinya paham betul penerapan pepatah Minangkabau, "alam takambang jadi guru". Jembatan akar terbangun sebagai perpaduan kekuatan alam dan pengetahuan lokal untuk memecahkan permaslahan masyarakat. Sebuah kearifan yang layak diteladani dan dijaga.


#ingatanperjalanan, 23022017
Read More

Mendaki Keindahan Puncak Langkisau, Pesisir Selatan

Leave a Comment

Salah satu cara untuk menikmati keindahan suatu landscape adalah melihatnya dari ketinggian. Begitu juga jika ingin menikmati keindahan alam Kota Painan, ibukota Kabupaten Pesisir Selatan, maka Puncak Langkisau tempatnya. Lokasinya sangat dekat dengan pusat kota, kurang dari 5 km sehingga sangat mudah dijangkau. Meskipun mendaki cukup curam dan berkelok cukup tajam, jalannya sudah dilapisi aspal. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit perjalanan dengan mobil atau motor. Tentu saja, pastikan kendaraan yang digunakan dalam kondisi prima. Rugi rasanya jika berada di Kota Painan tanpa mendaki keindahan Puncak Langkisau.

Sesampainya di puncak, bersiaplah menikmati pemandangan yang fantastis. Dari area parkir kendaraan, berjalanlah menapaki beberapa anak tangga menuju ke puncak bukit. Arahkan pandangan ke sisi laut lepas, tampaklah Pantai Salido yang langsung berhadapan dengan Samudera Indonesia. Begitu mempesona menatap hamparan laut biru yang bertemu dengan​ langit biru, menyatu di batas cakrawala.


Berpindahlah ke sisi lain, dan temukan keindahan Teluk Painan. Tampak juga Pantai Carocok yang menawarkan keindahan tak kalah fantastis dibanding dengan langsung mengunjunginya. Deretan rumah-rumah penduduk yang tersebar dari bukit sampai pantai menambah pesona keindahan panorama Kota Painan dilihat dari Puncak Langkisau.

Begitu indah memanjakan mata menikmati pemandangan Kota Painan dari Puncak Langkisau di siang hari. Bayangkanlah jika sempat berkunjung di penghujung hari. Langit yang berangsur berubah menjadi jingga seiring sang surya tenggelam akan memantulkan bayangan rona keindahan yang sama pada permukaan laut.

Bahkan, jika hari telah benar-benar gelap keindahan itu tidak akan pudar. Justru cahaya lampu yang terpancar dari kapal-kapal yang bersandar di pantai ataupun dari rumah-rumah penduduk, seakan taburan bintang yang menambah pesona keindahan malam Kota Painan dari Puncak Langkisau.

Oh ya, bagi pencinta olah raga paralayang, Puncak Langkisau juga tempat yang tepat. Tersedia fasilitas perlengkapan paralayang​ yang dapat disewa. Bagi yang bukan profesional, terbang tandem bersama instruktur bersertifikat dapat menjadi pilihan untuk dapat menikmati keindahan Kota Painan sambil melayang di udara.

#ingatanperjalanan, 24022017
Read More

Menepi Sejenak di Air Terjun Lembah Anai, Sumatera Barat

Leave a Comment

Biasanya air terjun bisa ditemukan setelah berjalan menaiki bukit dan menuruni lembah. Tetapi tidak dengan Air Terjun Lembah Anai. Letaknya berada tepat di pinggir jalan utama yang menghubungkan antara Kota Padang dan Kota Bukit Tinggi. Keberadaan Air Terjun Lembah Anai yang terletak di Kabupaten Tanah Datar menambah pesona jalur kedua kota di Provinsi Sumatera Barat itu. Perjalanan dari Kota Padang ke Bukit Tinggi atau sebaliknya, akan melewati jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan yang indah. Di sisi kanan dan kiri, sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan bukit dan lembah menghijau.

Air Terjun Lembah Anai terlihat jelas dari kendaraan yang melintas di kilometer 35 jalan trans Sumatera. Meskipun demikian, sayang jika tidak menyempatkan berhenti sejenak untuk menikmati keelokannya. Rasakan kesegaran air yang terjun dari ketinggian sekitar 30 m itu, yang membentuk kolam jernih di bawahnya, dan segera mengalir mengikuti arus sungai.


Tengok juga ke seberang jalan, membentang rel kereta api yang melintas di atas jalan trans Sumatera, membelah bukit hijau. Sayang rel kereta itu sudah tidak difungsikan. Padahal, menyaksikan Air Terjun Lembah Anak dari seberang jalan itu, sungguh pemandangan yang elok mempesona.

Ramai lalu lalang kendaraan memang memberi kesan kurang alami. Untunglah, Air Terjun Lembah Anai merupakan bagian dari cagar alam Lembah Anai dengan hutan yang masih terjaga.  

Bagaimanapun, itulah keunikan Air Terjun Lembah Anai, bisa dinikmati dari kendaraan yang melaju di jalan trans Sumatera.


#IngatanPerjalanan, 26112013
Read More
Previous PostPostingan Lama Beranda