Tentang Blog

Catatan ringan hasil mengumpulkan kembali ingatan tentang perjalanan yang telah dilalui. Bukan dimaksudkan untuk memberikan panduan perjalanan, hanya sebagai testimoni betapa mengagumkan negeri yang membentang dari Sabang sampai Merauke ini.

author
Tampilkan postingan dengan label Wisata Jawa Tengah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wisata Jawa Tengah. Tampilkan semua postingan

Menikmati Kesegaran Air Terjun Jumog, Kabupaten Karanganyar

Leave a Comment
Foto: @nanabrar

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu wilayah yang berada di lereng Gunung Lawu yang kokoh berdiri di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu potensi wisata alam khas lereng gunung adalah keberadaan air terjun. Terdapat puluhan air terjun di Kabupaten Karanganyar yang dapat dijadikan pilihan menikmati kesegaran.

Salah satunya, sempatkan untuk menikmati keindahan air terjun Jumog. Keberadaan air terjun Jumog memang belum setenar air terjun Grojogan Sewu di Tawangmangu yang sudah sejak lama menjadi ikon Kabupaten Karanganyar. Meskipun demikian, air terjun Jumog memiliki keunikan yang tak kalah indah.


Air terjun Jumog terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Lokasinya sejalur dan tidak terlalu jauh dari Candi Sukuh, salah satu candi yang sudah dikenal luas dan juga menjadi ikon Kabupaten Karanganyar. 

Jika dari Kota Solo, teruslah menuju arah timur, dan setelah melewati kota Karanganyar, perhatikan dengan seksama tanda penunjuk jalan. Tidak jauh setelah terminal kecamatan Karangpandan akan dijumpai simpang jalan. Ambilah yang ke arah kiri, karena jika  terus akan mengantar sampai ke kawasan Tawangmangu. 

Ikuti jalan khas wilayah lereng gunung yang mendaki dan berkelok itu. Untunglah tidak ada pendakian ataupun kelokan ekstrem menuju air terjun Jumog. Lokasinya sangat mudah ditemukan. Mengandalkan penunjuk arah yang banyak dipasang di pinggir jalan apalagi dengan bantuan GPS, dijamin akan sampai ke tujuan. Nikmati juga bonus perjalanan berupa panorama pegunungan yang elok dan udara bersih yang segar.

Foto: @nanbrar

Sesampainya di tempat parkir kendaraan, setelah melewati loket pembayaran, sebuah jalan setapak yang sudah dibuat undakan bersemen akan mengantar sampai air terjun. Jalan setapak itu dibangun di sepanjang sungai yang mengalir dari tempat jatuhnya air terjun. Jaraknya hanya sekitar 300 m dan relatif datar sehingga lebih ramah bagi keluarga yang membawa anak-anak. Apalagi kawasan air terjun Jumog sudah dilengkapi dengan kolam renang dan arena bermain.

Tentu saja pusat keindahannya adalah air terjun itu sendiri. Tidak terlalu tinggi memang. Debit airnya pun tidak terlalu deras. Akan tetapi justru kondisi itu memungkinkan air terjun Jumog didekati tanpa khawatir harus basah karena tampias. Bahkan, jika dirasa masih kurang merasakan kesegaran, bermain langsung dibawah guyuran air terjun dapat jadi kegiatan yang aman bagi pengunjung. Airnya yang dingin menyejukkan khas daerah pegunungan benar-benar memberikan kesegaran.

Foto: @nanbrar

Perhatikan dari pangkal air terjunnya. Meluncur dari tebing berbatu yang kokoh berdiri, sebuah air terjun, eh...tunggu, luncuran air terjun itu ternyata terbelah menjadi dua. Bahkan, jika debit meningkat seperti ketika musim hujan, luncuran air iru bisa terbelah jadi tiga. Ya, air terjun Jumog memang memiliki pesona bagaikan air terjun kembar. Dari tempat jatuh air terjun yang terbelah yang kucuran airnya tak pernah surut itu, membentuk aliran sungai yang berkelok-kelok. Di kedua sisi sungai, diapit tebing dengan pepohonan yang rindang.


Jika belum sempat memperhatikan secara seksama ketika berjalan masuk, cobalah untuk mengikuti aliran sungai itu, berjalan menjauh dari air terjun. Sebuah pesona keindahan yang luar biasa segera tersaji di depan mata. Air terjun, tebing, sungai, perbukitan, dan pepohonan menciptakan perpaduan keindahan dan kesegaran yang sempurna.


#ingatanperjalanan, 19062018


Read More

Mendaki Keunikan Bekas Tambang Gamping di Photorium Bukit Patrum, Klaten

Leave a Comment

Indikasi keberhasilan kebijakan pembangunan dari desa dapat dilihat dari tumbuhnya inisiatif masyarakat lokal membangun desanya. Muncullah gerakan pembangunan yang berbasis komunitas untuk mengoptimalkan potensi sumber daya lokal, tak terkecuali pengembangan potensi wisata.

Tak mau ketinggalan, masyarakat Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah mengolah potensi sumber daya alamnya. Adalah bekas tambang batu kapur (gamping) yang sudah beroperasi sejak jaman Belanda yang didorong menjadi ikon daya tarik wisata berbasis komunitas.

Kegiatan penambangan batu kapur memang sudah lama meredup. Namun Bukit Patrum meninggalkan warisan bekas penambangan yang unik. Salah satunya, di puncak batuan yang berbentuk seperti menara, berdiri kokoh sebuah bangunan. Dahulu, ketika masih dikelola pihak kolonial Belanda, bangunan sempit itu dijadikan sebagai tempat penyimpanan dinamit. Sekarang, masyarakat lebih mengenalnya sebagai omah demit. Entah untuk memudahkan penyebutan kata dinamit, atau karena bangunan yang dapat dilihat dari kejauhan karena posisinya di ketinggian itu sudah lama kosong tanpa aktifitas. Terkesan misterius. Meskipun terlihat masih utuh tetapi tidak ada akses untuk mencapainya.

Sadar akan keunikan potensi tersebut, masyarakat Desa Krakitan bergotong-royong memoles Bukit Patrum. Akses pendakian dimodifikasi untuk memudahkan kegiatan menuju puncak Bukit Patrum. Sejumlah gazebo dibangun sebagai tempat istirahat untuk menambah kenyamanan pengunjung. Kerja keras masyarakat tersebut mendapat apresiasi dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo yang langsung meresmikan sebagai obyek wisata pada 28 Oktober 2017.


Akses untuk mencapai Bukit Patrum terbilang mudah. Lokasinya pun tidak terlalu jauh dari stasiun kereta api Klaten. Terlebih lagi, kini Klaten memiliki terminal bis yang baru, Terminal Ir. Soekarno yang dibangun tidak jauh dari stasiun kereta api. Bukan hanya masyarakat Klaten yang dimudahkan, bahkan warga dan wisatawan dari Jogyakarta dan Solo juga dimudahkan untuk menjangkaunya, baik menggunakan kendaraan pribadi, kereta api maupun bis antar kota. Dari terminal tersebut, tempuhlah perjalanan menyusuri Jl. Jombor Indah. Setelah melewati bangunan RSUD Bagas Waras Kota Klaten, teruslah menuju arah Pasar Jimbung yang berjarak sekitar 5 km dari terminal. Memang belum terdapat penunjuk jalan ke arah Bukit Patrum. Akan tetapi, ketika menyusuri jalan beraspal mulus yang dikelilingi area persawahan menuju Pasar Jimbung, di ketinggian bukit jelas terpampang tulisan "Photorium Bukit Patrum" yang sengaja dibuat sebagai penanda. Sebuah jalan kecil di sebelah Pasar Jimbung yang dilengkapi dengan portal dan gardu penjagaan menegaskan sudah sampai di lokasi. Bayarlah retribusi yang sangat murah sebelum masuk ke parkiran dan mulai menjelajah keunikan Bukit Patrum.


Keunikan-keunikan yang tercipta dari perpaduan sejarah panjang pengelolaan tambang gamping dan tekstur batuan yang terbentuk dari proses penambangan itulah yang menjadi daya pikat Bukit Patrum. Berada di Bukit Patrum, dijamin tak tahan dengan keinginan berfoto dengan latar belakang tekstur batu kapur yang unik atau dengan latar belakang lanskape hijau nan luas. Itulah mengapa masyarakat menamai ikon wisata Desa Krakitan tersebut dengan Photorium Bukit Patrum.


#ingatanperjalanan, 24122017
Read More
Previous PostPostingan Lama Beranda