Sudah ada yang nonton film Bohemian Rhapsody? Film ini berkisah tentang group band legendaris Queen, terutama kisah Freddie Mercury, sang vokalis utama.
Saya berkesempatan menonton setelah sekitar setengah tahun sejak film itu mulai ditayangkan di Indonesia. Sekadar mengisi waktu dalam penerbangan dari Jakarta ke Padang, dilanjut pada penerbangan balik ke Jakarta (31/3 & 2/4 - 2019). Maklum, filmnya memang cukup panjang.
Film yang menarik. Tapi saya gak akan bahas filmnya. Kalau tertarik, tonton sendiri saja. Lagi pula, itu kisah tentang band jadul. Belum tentu juga kalian kenal. Eh, tapi masak sih gak kenal group band Queen yang legendaris?
Tak apalah jika memang belum kenal. Saya hanya mau mengajak memetik pelajaran dari film itu. Begitu apik mengisahkan lika-liku kehidupan sang vokalis dan tentu saja juga Queen sebagai band yang kesuksesannya melegenda.
1. Berfikir dan Bersikap Positif
Ingat adegan ketika Freddie menawarkan diri menggantikan vokalis yang pergi meninggalkan band? Eh, pertanyaan ini tentu hanya bisa dijawab yang sudah nonton. Coba ingat wajah Freddie. Coba ingat apa reaksi anggota band ketika melihat wajah Freddie. Ya. Freddie memang dikarunia struktur wajah yang unik. Jumlah giginya lebih banyak dari orang kebanyakan sehingga terlihat rahangnya maju ke depan. Maaf, tonggos.
Akan tetapi, Freddie menjawab keraguan itu dengan penuh percaya diri.
"Aku dilahirkan dengan empat gigi taring tambahan. Lebih banyak ruang di mulutku berarti range suaraku lebih luas."
Dan ketika Freddie mulai bernyanyi, anggota band yang semula meragukan pun mulai menaruh harapan. Luar biasa. Freddie tidak meratapi kekurangannya tapi justru mensikapi secara positif dan mengasahnya menjadi keunggulan.
2. Mimpi, Fokus dan Kerja Keras
Siapa sangka band yang awalnya bermain di sebuah cafe dengan sambutan biasa-biasa saja dari penonton akhirnya menjadi band legendaris? Masuknya Freddie Mercury, membawa perubahan. Bukan hanya soal warna musiknya yang berubah. Akan tetapi mimpi, fokus, dan etos kerja. Freddie berhasil menyuntikkan mimpi besar pada anggota band yang lain. Perubahan band yang semula bernama "Smile" menjadi "Queen" menunjukkan begitu besar mimpi seorang Freddie terhadap masa depan bandnya. Dan Queen bekerja totalitas, fokus untuk mewujudkan mimpi itu hingga menggapai puncak kesuksesan.
3. Menyadari Kesalahan dan Bangkit
Apakah selamanya Queen dan Freddie Mercury di puncak kesuksesan? Tentu saja tidak. Justru ketika menapaki tangga kesusksesan, Queen malah terhempas. Begitulah. Kadang pujian justru melenakan. Freddie merasa paling penting di Queen. Ego yang menumbuhkan bibit perselisihan dengan anggota lainnya. Sampai kemudian memutuskan berhenti sejenak dan pengin bersolo karir. Justru di saat itulah hal-hal negatif semakin banyak terjadi pada dirinya. Freddie semakin akrab dengan miras, narkoba, dan hombreng.
Untunglah, hal itu tidak berketerusan. Freddie menyadari kesalahannya ketika hampir sampai di dasar lembah kehancuran. Dia datangi teman-temannya di Queen untuk meminta maaf. Dia bangkitkan semangat Queen yang sudah lama vakum bermusik untuk tampil di konser amal Live Aid yang bakal ditonton milyaran orang. Hasilnya, sebuah penampilan luar biasa yang akan dikenang sepanjang masa.
4. Pandai Memilih Teman Bergaul
Mengapa Freddie sampai meninggalkan Brian May, Roger Taylor, dan John Deacon, teman-temannya sesama anggota Queen untuk bersolo karir? Ini bukan sekadar karena Freddie pengin meraih mimpi yang lebih besar. Juga bukan karena jika berhasil membuat album akan menerima bayaran besar. Bukan hanya karena itu. Keputusan itu sangat dipengaruhi oleh bujukan temannya yang bernama Paul. Bukan kesuksesan yang didapat. Akan tetapi justru malah keterpurukan dan hal-hal negatif. Sampai kemudian, Freddie menyadari pengaruh buruk Paul. Memang perlu berhati-hati dalam bergaul. Ada teman yang tidak mendukung kesuksesan dan mendorong kebaikan.
Jika ada yang seperti itu, sebenarnya itu bukan teman. Lebih tepatnya, seperti kata Freddie, mereka tak lebih dari "lalat buah". Hanya mengambil keuntungan dan justru memberikan dampak negatif dari pertemanan. Untunglah Mary, teman sejati Freddie, datang untuk mengingatkan. Queen memang bukan hanya sekadar empat personil anggotanya, tetapi juga sebuah pertemanan yang membentuk ikatan kekeluargaan untuk saling menghargai dan mendukung kesuksesan.
5. Arti Penting Keluarga
Queen bukan sekadar nama sebuah band. Itulah yang dirasakan Freddie ketika menyadari sudah di ujung kehidupannya akibat penyakit AIDS yang diderita karena kesalahannya sendiri. Dia menemukan kembali kehidupannya bersama orang-orang yang mencintainya. Queen yang penuh dengan nuansa kekeluargaan. Freddie juga menemukan kesadaran betapa ketika di puncak karirnya justru tidak peduli pada keluarganya: pada ayah, ibu, dan adiknya.
Freddie mengawali langkah memperbaiki kesalahan dengan mengajak Queen berpartisipasi dalam pertunjukan musik terbesar di dunia. Sebuah konser amal tanpa dibayar. Tapi justru itulah yang membuat ayah Freddie menjadi bangga, karena pada akhirnya Freddie mengerti nasihat yang selalu diulang-ulang ayahnya: "Pikiran baik, perkataan baik, perbuatan baik".
Ya. Itulah yang selalu diajarkan ayahnya, agar Freddie selalu positif dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Freddie benar-benar kembali tersadarkan arti penting keluarga, terutama kasih sayang dan ridlo ibu. Itulah mengapa dalam konser Live Aid, suara yang pertama keluar dari Freddie adalah sapaan untuk ibunya dengan menyanyikan lagu fenomenal Bohemian Rhapsody.
Mama, just killed a man
Put a gun against his head
Pulled my trigger, now he's dead
Mama, life had just begun
But now I've gone and thrown it all away
Mama, ooh, didn't mean to make you cry
If I'm not back again this time tomorrow
Carry on, carry on as if nothing really matters
.....
Semoga bermanfaat.
#awalnya merupakan tulisan yang saya share di WAG keluarga, motivasi bagi kedua anak dan keponakan-keponakan.
0 comments:
Post a Comment