Pulau Flores merupakan lumbung padi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Hamparan persawahan mudah dijumpai ketika menyusuri jalan trans Flores, dari Labuan Bajo yang menjadi pusat Kabupaten Manggarai Barat ke Ruteng sebagai ibukota Kabupaten Manggarai. Misalnya, ketika melewati Kecamatan Lembor dan Cancar, di tepi jalan utama yang membentang dari barat sampai timur Pulau Flores itu sangat mudah dijumpai areal persawahan yang luas membentang.
Uniknya, di antara areal persawahan itu terdapat sawah yang memiliki petak tidak biasa. Jika kebanyakan petak sawah cenderung berbentuk persegi empat, di dekat Kota Ruteng yang menjadi ibukota Kabupaten Manggarai terdapat areal persawahan yang petak-petaknya membentuk pola mirip jaring laba-laba. Menyambut wisatawan asing yang mulai tertarik dengan keunikan tersebut, areal persawahan yang terletak di Kecamatan Cancar itu juga dipopulerkan dengan nama spiderweb rice field.
Sawah jaring laba-laba di Ruteng tidak seperti halnya fenomena crop circle yang memunculkan spekulasi ulah makhluk asing luar angkasa. Bukan. Bentuk areal persawahan itu sama sekali bukan karena campur tangan alien. Keunikan bentuk petak persawahan itu murni buah kearifan lokal adat Manggarai dalam mendistribusikan pengelolaan sumber daya lahan. Lingko, demikian masyarakat setempat menyebut sistem pembagian pengelolaan lahan itu. Ya, hanya pembagian pengelolaan. Secara adat, lahan itu tetap menjadi milik bersama, tetapi dikelola oleh anggota masyarakat untuk mencukupi kebutuhan komunitas.
Petak-petak yang membagi areal persawahan itu bukan sengaja dibuat menyerupai jaring laba-laba. Pembagian tanah adat itu dimulai dengan menetapkan titik pusat. Dari titik pusat itu, kemudian ditarik beberapa garis yang membagi lahan sesuai dengan jumlah kampung yang ada. Masing-masing bagian lahan itu lebih lanjut dibagi menjadi petak-petak untuk dikelola anggota kampung. Luas setiap petak tergantung pada jumlah anggota keluarga yang mengelolanya.
Ternyata, distribusi pengelolaan sumberdaya lahan itu menghasilkan pola petak sawah yang unik. Jika dipandang dari dekat, petak-petak sawah itu tak ubahnya dengan areal persawahan pada umumnya. Namun, jika dipandang dari ketinggian, petak-petak persawahan itu terlihat menyerupai jaring laba-laba. Untungnya, Lingko di Kecamatan Cancar itu dikelilingi oleh perbukitan.
Tentu butuh usaha untuk mendakinya. Tetapi, begitu sampai di puncaknya, kelelahan itu terbayar sudah. Sebuah panorama keindahan alam Manggarai yang damai menghijau terpampang di depan mata. Amati lebih seksama petak-petak areal persawahan di kaki bukit itu. Segera indera mata mengakui, petak areal persawahan yang terhampar di kaki bukit itu memang membentuk pola jaring laba-laba.
Tentu butuh usaha untuk mendakinya. Tetapi, begitu sampai di puncaknya, kelelahan itu terbayar sudah. Sebuah panorama keindahan alam Manggarai yang damai menghijau terpampang di depan mata. Amati lebih seksama petak-petak areal persawahan di kaki bukit itu. Segera indera mata mengakui, petak areal persawahan yang terhampar di kaki bukit itu memang membentuk pola jaring laba-laba.
#ingatanperjalanan, 30012018
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete