Merenungi Dampak Erupsi Gunung Merapi, Yogyakarta

Leave a Comment

Jum'at, 5 November 2010 pukul 12:05 malam menjadi saat yang sulit dilupakan warga Yogyakarta, khususnya yang tinggal di punggung Gunung Merapi. Itulah waktu yang ditunjukkan sebuah jam yang merekam puncak erupsi Gunung Merapi. Tidak kurang dari 14 desa luluh lantak diterjang awan panas yang biasa disebut "wedus gembel", memaksa sekitar 400.000 ribu jiwa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lebih dari 1.500 ternak, terutama sapi perah mati terpanggang. Sedikitnya 200 jiwa meninggal, termasuk Mbah Maridjan yang ditunjuk sebagai juru kunci.

Kini, jam yang menjadi bukti bersejarah itu bersama dengan sejumlah barang lain seperti kerangka kambing, rangka sepeda motor, perabotan dan perlengkapan rumah tangga lainnya, disimpan di "Museum Mini Sisa Hartaku" untuk mengabadikan kedahsyatan erupsi Gunung Merapi.


Museum itu berupa sebuah rumah yang sebagian besar telah hancur terkena luncuran awan panas Merapi, yang konon suhunya mencapai ribuan derajat celcius. Museum Sisa Hartaku yang berlokasi di Desa Kepuharjo, salah satu desa yang diterjang wedus gembel itu menjadi salah satu singgahan dalam paket wisata "Lava Tour" atau "Volcano Tour" Merapi. Selain itu, reruntuhan rumah dan jutaan kubik material berupa pasir dan batu yang dimuntahkan Merapi menjadi pemandangan di sepanjang perjalanan. Salah satu yang unik, sebuah batu berukuran besar yang bila diperhatikan secara saksama menyerupai wajah yang sedang merenung. Batu yang teksturnya membentuk wajah lengkap dengan mata, hidung, dan mulut itu biasa disebut sebagai "batu alien".

Sesuai namanya, wisata offroad itu menyusuri desa-desa yang dulunya terkena dampak langsung erupsi Gunung Merapi. Medan jelajah yang dilalui memang berat berupa tanjakan berbatu dan berpasir sehingga dibutuhkan kendaraan khusus. Untunglah, sejak 2011 banyak provider yang menyewakan jeep 4WD yang sanggup menaklukan medan berat lereng Merapi.



Paket yang ditawarkan beragam.  Pertama, paket short trip dengan waktu jelajah 1 - 1,5 jam. Rutenya dari Kaliurang - Kali Opak - Dusun Petung - Batu Alien - Museum Mini - Bunker Kaliadem - Kaliurang. Kedua, medium trip dengan waktu tempuh 2 - 2,5 jam. Rutenya sama dengan paket short trip ditambah dengan menyusuri Kali Gendol yang menjadi tempat mengalirnya material erupsi. Ketiga, paket long trip dengan rute sama dengan medium trip ditambah dengan ziarah ke makam Mbah Maridjan dan singgah di Bukit Glagahsari yang menjadi pos pengamatan aktivitas Gunung Merapi, ditempuh selama 3 – 3,5 jam. Pada paket ini juga ditawarkan untuk memacu jeep di area Sungai Kuning. Selain menguji adrenalin, kadang laju jeep akan masuk di aliran sungai yang lumayan dalam, sehingga percikan air akan menciprat ke pakaian.

Selain ketiga paket berdasarkan rute, juga ditawarkan Paket Sunrise untuk menikmati matahari terbit di lereng Merapi. Setelah menyaksikan sunrise, perjalanan akan dilanjutkan menuju Museum Sisa Erupsi, Batu Alien, serta Bunker Kaliadem. Untuk dapat menyaksikan keindahan matahati terbit di lereng Merapi, harus sudah bersiap setidaknya pukul 04.00 dini hari.

Jasa jelajah lereng Merapi itu dapat diakses dari Kota Yogyakarta menuju Kaliurang. Di sana mudah ditemui beberapa provider yang menyewakan jeep 4 WD. Perjalanan akan ditemani driver yang menguasai medan sekaligus bertindak sebagai tour guide. Meskipun tersedia sekitar 400 jeep, tetap saja tak mudah mendapat giliran ketika saat ramai seperti libur sekolah dan lebaran.

Jika sedang di Yogyakarta, sempatkan untuk wisata alam sekaligus merenungkan kembali pentingnya menjaga keseimbangan hidup dan kewaspadaan terhadap lingkungan. Ya, Merapi memang tak pernah ingkar janji.

#IngatanPerjalanan, 21072015
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 comments:

Post a Comment