Pagi itu, 2 Januari 2021 matahari baru sepenggalah naik ketika sebuah panggilan masuk ke HP. Nama yang sudah sangat kukenal. Tidak ada alasan untuk tidak segera mengangkatnya. Tapi pagi itu beda. Aku sejenak tergugu. Sebelum akhirnya menerima panggilan telepon itu.
"In, aku udah di depan rumahmu. Bukain pagar".
Tanpa basa-basi. Bahkan sebelum aku menjawab salamnya.
Seperti beberapa kali sebelumnya dolan ke rumah, tentu dengan senang hati aku akan menyambutnya. Tapi kembali aku tergugu. Menimbang jawaban apa yang akan kuberikan. Pagi itu memang beda. Beberapa saat aku hanya diam setelah menjawab salam.
" Ris, aku lagi gak bisa ketemu".
Hanya itu yang kemudian kuucapkan. Jawaban pendek yang sebenarnya berat kusampaikan karena bermakna menolak silaturahminya. Sekaligus untuk memberi gambaran kondisi yang sedang kualami. Sebuah jawaban pendek yang segera dapat dipahami pada masa pandemi. Ya, saat itu aku sedang isolasi mandiri. Semalam memang terkonfirmasi hasil swab PCR positif terpapar covid-19.
Awalnya aku memang tidak berencana mengabarkan kondisi terpapar covid-19 ini kecuali kepada keluarga dan tetangga. Tetapi seakan dia tahu dan tiba-tiba saja sudah nongol di depan rumah. Termasuk menjadi yang awal mendapat kabar.
Segera untaian doa dan kalimat penguat meluncur dari seberang telepon. Aku semakin merasa bersalah ketika kutahu dia sengaja nggowes dari rumahnya di Jatibening, Bekasi ke rumahku di Maharaja, Depok. Sekitar 30 km dan tidak bisa bertemu.
"Rapopo, yang penting kamu segera sembuh".
Begitu jawabannya setiap kali merespon permohonan maafku. Tidak ada keluhan sama sekali. Tidak terdengar sesal. Tidak pula menganggapnya sebagai perjalanan yang sia-sia.
Ya. Memang begitulah Aris Munandar. Seorang ahli silaturahmi. Teman-teman yang mengenalnya pasti tahu kebiasaan ini. Ringan kaki bertemu teman. Bahkan kadang tanpa memberi kabar dulu. Biar jadi surprise. Begitu alasannya.
Aku sendiri dengan Aris sudah seperti saudara. Kenal sudah lebih dari 30 tahun, sejak kami sama-sama di SMP Al Islam Solo. Bahkan sama-sama nyantri di Jamsaren. Hampir 24 jam kami beraktifitas bersama. Kebersamaan yang melampaui sekadar pertemanan biasa.
Setelah lulus SMP memang sempat putus kontak. Aris melanjutkan SMA di Bandung, ikut kakaknya yang tinggal di sana. Sampai kemudian hari itu ketika registrasi mahasiswa baru UGM kami kembali ketemu. Tanpa sengaja. Seakan perjumpaan yang sudah diatur. Sekejap kami sudah saling mengenal. Lebih dari 3 tahun tanpa kabar tidak membuat kami lupa satu sama lain. Meskipun berbeda jurusan kami satu fakultas. Sama-sama masuk FE UGM.
Suasana kebersamaan seperti ketika di Jamsaren terulang manakala kami tinggal di rumah yang sama. Kami memang sama-sama aktif di HMI Komisariat FE UGM. Beberapa tahun kami tinggal bersama di sekretariat. Bahkan setelah tidak tinggal di sekretariat tidak menjadi penghalang bagi seorang Aris untuk sering berlama-lama di sekretariat. Bahkan menginap. Untuk menyiapkan suatu kegiatan. Atau hanya untuk ngehik dan ngobrol sampai pagi. Lagi-lagi kebersamaan yang melampaui sekadar pertemanan biasa.
Setelah lulus dan berkeluarga, kami masih sering ketemu. Bukan hanya di acara bersama seperti reuni. Juga ketemuan terbatas beberapa kawan saja. Bahkan kami saling mengunjungi. Bukan lagi silaturahmi teman tapi antar keluarga. Meskipun tetap saja frekuensi kunjungan Aris ke rumahku lebih banyak.
Beberapa hari lalu gantian Aris yang terpapar covid-19. Setelah sekitar seminggu dirawat di RS karena tipes, tes swab PCR hasilnya positif covid-19. Istri dan anaknya lebih dahulu isolasi di rumah. Lebih dulu terpapar covid-19 meskipun tanpa gejala yang mengkhawatirkan. Tentu bukan keadaan yang mudah bagi keluarga Aris.
Beberapa kali kami masih video call untuk memberikan dukungan. Aris mengeluh napasnya ngos-ngosan. Pengukuran saturasi oksigen turun jadi 84%. Dan perlu penanganan di RS dengan fasilitas perawatan covid-19 yang lebih memadai.
Tidak mudah memang mencari RS rujukan di saat kasus covid-19 di Jabodetabek melonjak drastis. Syukurlah salah satu sahabat kami turun tangan memberikan bantuan. Seorang yang konsisten untuk turun tangan bukan hanya urun angan. Minggu malam, 20 Juni 2021 dapat dirawat di ruang ICU RSUD Cengkareng, Jakarta.
Sejatinya sejak awal kedatangan, dokter sudah menyarankan untuk dipasang ventilator. Keluarga juga sudah menyetujui sebagai upaya terbaik. Sembari menunggu hasil upaya lain dari tim medis yang sangat berdidikasi. Aku mengira dengan pertimbangan kondisinya, malam itu ventilator sudah terpasang.
Aku kaget ketika Selasa pagi, 22 Juni 2021 Aris mengajak video call beberapa teman. Bahkan dengan teman-teman yang lebih senior. Mengabarkan kondisinya yang sudah membaik. Dan minta disampaikan terimakasih kepada semua yang sudah memberikan support.
Semua teman yang dihubungi Aris menceritakan wajah Aris terlihat lebih segar dan bersemangat. Aku sendiri sangat senang. Jika tidak jadi dipasang ventilator berarti memang kondisinya membaik. Kabarnya, saturasi oksigen juga sudah naik, 86-94% bahkan 95% jika sedang dalam kondisi tenang.
Tapi malamnya, kembali mendapat kabar jika selepas maghrib ventilator sudah dipasang. Kondisinya menurun. Ada harapan dan kegelisahan karena setelahnya tidak bisa lagi berkomunikasi langsung. Sehari tanpa kabar terasa begitu lama. Kami, teman-temannya menutupi kegelisahan dengan meyakini bahwa tidak ada kabar justru berarti kondisi Aris membaik.
Rupanya kemarin menunda sehari memasang ventilator menjadi pilihanmu agar bisa berpamitan. Menjelang siang ini, Kamis 24 Juni 2021 sebuah kabar membuatku langsung gemetar. Aku tak kuasa menahan lelehan air mata ketika menceritakan kabar duka ini ke istri. Segera terbayang, kemarin kamu tampak lebih baik karena sedang berpesan bahwa kamu baik-baik saja dan ikhlas menerima semuanya. InsyaAllah ini jadi jalan syahidmu.
Aku sempatkan mengantar sampai pemakaman meskipun tidak bisa terlalu mendekat. Di sini, di TPU Padurenan Bekasi. Sebisanya aku ingin mengantar kamu, orang baik yang sedang menghadap Dzat yang Maha Baik.
Selamat jalan Ris. Kamu orang baik, ahli silaturahmi, dan banyak menolong teman. InsyaAllah kebaikanmu akan terus mengalirkan pahala. Melapangkan kuburmu, menerangi kuburmu, dan menjadikannya sebagai bagian dari taman surga.
0 comments:
Post a Comment