Bayangkan berada di padang rumput yang luas ditemani puluhan ekor kuda yang bebas berlarian. Tidak perlu ke Afrika atau Eropa untuk mewujudkan bayangan itu. Cobalah datang ke Kabupaten Belu, salah satu wilayah terluar Indonesia, yang berbatasan dengan Negara Timor Leste.
Adalah Fulan Fehan, sebuah padang rumput di kaki Gunung Lakaan. Berjarak sekitar 40 km dari Kota Atambua, pusat pemerintahan Kabupaten Belu. Perjalanan akan menyusuri jalan berkelok dan mendaki. Untunglah, sebagian besar jalur itu sudah beraspal bagus. Pemerintah Kabupaten Belu terlihat serius memajukan wilayahnya. Pelebaran dan peningkatan kualitas jalan serta perbaikan talud pada tebing-tebing yang berpotensi longsor tampak tengah dikerjakan.
Fulan Fehan tampaknya dipersiapkan menjadi ikon Kabupaten Belu. Selain perbaikan infrastruktur, sejumlah event diselenggarakan untuk mengangkat keberadaan Fulan Fehan di kancah nasional bahkan internasional. Puncaknya, pada peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2017 digelar tari tradisonal yang melibatkan tak kurang dari 6000 penari. Sebuah event budaya yang melambungkan Fulan Fehan sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Meskipun demikian, belum semua jalur menuju Fulan Fehan sudah bagus aksesibilitasnya. Tantangan sesungguhnya dimulai ketika sudah memasuki Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen. Selain berkelok dan mendaki, kondisi jalannya masih berupa tanah. Jika hari hujan, jalan itu tidak hanya licin. Beberapa bagian bahkan terbelah mengalirkan air yang cukup deras. Melintas bagian jalan itu tak ubahnya seperti menyeberangi sebuah sungai.
Akan tetapi, kesulitan itu akan lunas terbayar manakala memasuki wilayah Fulan Fehan. Sejauh mata memandang terhampar padang rumput menghijau. Kontur tanah yang berbukit menambah keelokan panorama Fulan Fehan. Bagi pencinta padang savana dengan rumput berwarna coklat, datanglah ketika sudah memasuki musim kemarau. Rumput yang mengering berangsur berubah menjadi kecoklatan. Sebaliknyai, jika ingin mencari suasana segar menyejukkan, Fulan Fehan di saat rumput menghijau terhampar tanpa batas adalah tempat yang tepat. Risikonya, hari hujan dan kabut yang menyelimuti Fulan Fehan menjadi penghalang pandangan.
Temukan keunikan lain di Fulan Fehan. Tak satu pohon pun terlihat. Hanya tanaman kaktus yang tumbuh bertebaran di sudut-sudat padang rumput, muncul di antara bebatuan yang berserak di Fulan Fehan.
Edarkan pandangan menyusuri padang rumput tanpa batas itu. Kekaguman akan semakin melambung manakala mata menangkap gerombolan kuda yang asyik merumput. Jangan coba-coba terlalu dekat dengan kuda-kuda itu. Ya, mereka adalah sekumpulan kuda liar yang sangat sensitif. Jika ada yang mendekat, mereka akan berlari dengan kencang, berpindah ke lokasi lain di Fulan Fehan yang begitu luas.
Tiidak perlu mengkuti kemana kuda-kuda itu berlari. Atau memang tertarik beradu lari dengan kuda liar di Fulan Fehan?
Tiidak perlu mengkuti kemana kuda-kuda itu berlari. Atau memang tertarik beradu lari dengan kuda liar di Fulan Fehan?
#ingatanperjalanan, 14022018
0 comments:
Post a Comment